Suatu Hari di Tahun 2000


Aku ingin menuliskan cerita ini. Seiring berjalannya waktu kemudian menua, aku takut akan melupakan orang-orang yang baik saat masa kecilku. Kami dulu tinggal di sebuah rumah kontrakan tua yang jauh dari kota. Desa Gumawang Kecamatan Kuwarasan, disana aku menghabiskan 7 tahun masa kecilku. Karena orang tua bekerja, aku diasuh juga oleh nenek buyutku. Beliau yang sudah tua tapi ikhlas mengasuhku. Maaf hingga beliau wafat, aku belum bisa memberikan banyak hal. Hanya doa-doa yang bisa aku panjatkan. Semoga Allah akan mempertemukan kita sekeluarga di surganya-Nya.

Terkadang jika nenek pulang ke rumahnya di Ciamis dalam waktu yang lama. Tetangga-tetanggaku yang begitu baik menjaga adikku dan aku hingga Bapak atau Ibu pulang kerja. Aku masih ingat mereka sering memberi kami makanan. Masih ingat mereka menyisir rambutku jika berantakan. Mereka yang khawatir jika aku di rumah sendirian. Kata orang-orang rumah tua itu berhantu. Yang aku ingat suhu di beberapa ruangan di rumah itu agak berbeda. Ada apa saja disana aku tidak ingin menceritakan detailnya.

Jarak rumah dan sekolah cukup jauh. Aku biasanya berjalan kaki bersama tetangga-tetangga ketika berangkat sekolah. Pulangnya aku berjalan kaki bersama teman-teman sekelasku. Ada beberapa nama teman baik yang masih aku ingat. Ketua kelas yang kalau tidak salah bernama Siswandi, Yuti sepupunya juga teman sekelasku. Yuti suka mengepang rambutnya. Nita, si juara kelas. Aku beberapa kali main ke rumahnya yang dekat sungai. Baskoro, anak pak guru yang kulitnya paling putih sekelas. Seingatku dulu dia ranking dua, aku mendapat ranking 3. Umi, teman sekelas yang rumahnya dekat dengan rumahku, terkadang kami pulang bersama. Anto, teman sebangkuku yang tidak jahil. Btw, kenapa aku duduk dengan murid cowok ya? Kalau tidak salah waktu itu tes caturwulan, tempat duduk disesuaikan dengan nomor absen dan berlanjut hingga menjadi teman sebangku hingga akhir kelas 1.

Waktu itu murid kelas satu pulang pukul sepuluh. Sekolah kami dengan kuburan. Jika hari itu ada orang meninggal, kami anak kelas satu akan memilih jalan pulang yang memutar untuk menghindari melihat keranda. Dulu kami masih anak kelas satu yang belum paham. Pemandangan itu masih menjadi hal yang menakutkan bagi kami.

Aku suka bermain di sawah. Pernah aku bersama anak tetangga bermain laying-layang di sawah. Jika musim panen kedelai tiba, aku biasanya ikut tetanggaku untuk membantu panen. Pulangnya sang pemilik sawah akan memberi kedelai yang masih dengan pohonnya untuk dibawa pulang. Aku senang sekali ikut panen kedelai. Selain ke sawah, aku juga suka main ke sungai yang dekat dengan rumah. Makanya mungkin waktu itu kulitku cukup hitam karena suka berpanas-panasan.

Hingga suatu hari di tahun 2000, rumahku lebih ramai dari biasanya. Tetangga-tetangga memasak di rumahku. Teman-teman datang untuk makan bersama. Mereka juga memberi beberapa hadiah sederhana kepadaku. Aku senang sekali. Kemudian truk datang membawa perabotan rumah kami. Keluargaku dan tetangga naik bus kecil menuju kota Kebumen. Aku senang sekali bisa pergi bersama. Namun, malamnya mereka kembali. Aku tetap berada di rumah yang lain. Keesokan harinya aku bersekolah di teman-teman baru yang belum aku kenal. Suatu hari di tahun 2000, aku berpindah rumah untuk pertama kalinya namun bukan terakhir kalinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuliner di Jalan Alor, Kuala Lumpur

Car Free Day Antara Olahraga dan Wisata Kuliner

Wisata Keluarga ke Pantai Suwuk, Kebumen