Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Budaya Miskin, Adakah di Dirimu?

             Budaya miskin belum tentu tidak dimiliki oleh orang yang kaya harta. Belum tentu tidak dimiliki oleh lulusan S2 bahkan S3. Mungkin saja budaya miskin saat ini ada di dalam dirimu tetapi kamu belum menyadarinya. Nah, sebenarnya apa itu budaya miskin?              Budaya miskin mencerminkan putus asa dan tanpa harapan yang merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa mereka merasa musthail dapat meraih sukses dalam kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat luas. Sedangkan Oscar Lewis mendefinisikan budaya miskin sebagai kemiskinan yang muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja  dan sebagainya. Pandangan lain mengenai budaya miskin menurut Mudjahirin Thohir adalah ada kaitannya dengan pandangan keliru dalam dimensi keagamaan, yaitu   cara pandang  jabariyah , di mana keberadaan diri (jatuh miskin)  dilihat sebagai takdir bukan karena  b

Pengemis Tua

Saat bersih-bersih, tidak sengaja ditemukan sebuah kliping puisi. Puisi yang berjudul Pengemis Tua tersebut ditulis saat saya duduk di kelas 6 SD (2004/2005). Ini puisi pertama saya yang berhasil muat di Tabloid Yunior atau koran Suara Merdeka edisi anak yang terbit di hari Minggu. Semoga puisi lama ini semakin membuat saya bersemangat menghasilkan tulisan yang dapat dimuat di berbagai media. Pengemis Tua Pengemis tua itu masih ada Selalu... Mengharap belas kasih sesama Walaupun terik matahari Serasa memanggang tubuh Jika malam tiba Tidur di bawah jembatan Beralaskan kardus bekas Berselimut malam Kehidupan ini dijalani Dengan sabar Sampai darah berhenti mengalir

Sekilas Cerita Menuju Sarjana

Gambar
Awalnya saya tidak berniat masuk Universitas Indonesia. Kampus di wilayah Yogyakarta atau Jawa Tengah menjadi pilihan saya. Orang tua awalnya juga tidak mendukung untuk kuliah terlalu jauh. Namun, setelah berkenalan dengan beberapa mahasiswa UI dan mengobrol mengenai hal-hal yang akan dipelajari di tanah rantau sana, saya kembali berpikir untuk memilih Universitas Indonesia menjadi pilihan studi saya. Setelah mendapat restu orang tua, saya memberanikan diri memilih Universitas di SNMPTN Undangan 2011. Saya memilih program studi Jepang Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama. Kenapa Program Studi Jepang? Saya mendapat pelajaran bahasa Jepang selama dua tahun di SMA sehingga Ayah saya merekomendasikan jurusan tersebut. Beliau menolak saya mengambil jurusan yang berhubungan dengan ekonomi karena mainsteam katanya. Selain itu, saya juga kagum dengan budaya dan etos kerja orang Jepang. Alhamdulillah, saya diterima di Program Studi Jepang melalui SNMPTN Undangan 2011. Perjuangan sel