Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Allah’s Timing is Always Perfect, Dear, Always

Salah satu kebohongan yang menyakitkan yaitu membohongi diri sendiri. Kamu bisa jadi berpura-pura lupa, kamu bisa jadi berpura-pura tidak apa-apa. Namun kamu tak bisa berpura-pura ikhlas. Ikhlas memang tak semudah mengucapkannya. Ketetapan-Nya menguji kita untuk berlatih ikhlas. Aku pun masih berlatih untuk menerima. Terkadang manusia hanya dapat merencanakan dan berusaha. Ketetapan hasil adalah milik Allah. Terkadang kita tak mengerti mengapa hal yang bagi kita sebuah kegagalan harus terjadi. Bukankah kita sudah berusaha? Mungkin saat ini, tak ada jawaban mengapa kita harus mengalaminya. Seiring waktu, jawaban itu akan muncul dengan sendirinya. Pada kenyataannya, Allah’s timing is always perfect dear, always. Bukannya Allah tak sayang. Dia memberi waktu diriku untuk mengevaluasi diri. Manusia tempat salah, aku pun tak luput dari kesalahan. Mungkin saja masih terselip kesombongan dalam diri. Merasa diri ini mampu padahal segala kemampuan datangnya dari Allah. Diri ini mungkin masi

Berprasangka Baiklah

Gambar
Ujian adalah proses pendewasaan diri. Allah tidak memberi cobaan di luar batas kemampuan kita. Allah does not burden a soul beyond that it can bear (Al Baqarah: 286) Jangan berprangsangka buruk pada Allah. Ketika kita sudah memutuskan memperbaiki diri dan mencoba meningkatkan iman bukan berarti tidak akan diuji. Allah akan menguji kita untuk mengetahui keseriusan kita. Dengan ujian, Allah ingin tahu siapa yang jujur dan siapa yang tidak. Orang yang beriman tercipta karena ujian. Yang kuat, khusyuk dalam ibadah. Yang tidak kuat, terjebak dalam dosa. Cara menghadapi ujian dengan memuji Allah. Rumusnya dengan selalu berprangsa baik kepada Allah. Kenali Allah dengan benar. Tajamkan pengetahuan agama, rapikan ibadah.Berilmulah sebelum berkata dan beramal. Jadilah orang yang bertaqwa. Allah bangunkan kita di pagi hari karena Allah yakin kita bisa menaklukan dunia. Bismillah Tulisan terispirasi dari kajian Ustad Subhan Bawazier

Percuma dong Kuliahnya?

Gambar
Pertanyaan tadi tidak hanya sekali pernah ditanyakan ke saya. Menurut saya wajar saja orang mempertanyakan pilihan saya untuk beralih bidang studi.  Saya kembali ingin menulis tentang pengalaman ini karena beberapa teman yang curhat tentang beralih program studi untuk magisternya. Menurut saya, Insya Allah tidak percuma. Kuliah bukan hanya untuk mengejar karir. Menuntut ilmu  tidak percuma karena sesungguhnya antara ilmu satu dengan yang lain saling berhubungan. Jangan terlalu hanya terfokus pada satu bidang ilmu saja. Mempelajari beberapa ilmu menurut saya melatih memandang sebuah masalah secara komprehensif. Apalagi bagi studi yang mempelajari tentang manusia dan masyarakat. Kembali ke tujuan kuliah. Menurut saya, kuliah itu proses belajar membentuk pola pikir, mengenal banyak orang, serta membentuk karakter. Saya menikmati proses belajar saya selama S1. Dengan mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi, saya mengenal banyak orang baik yang membantu saya berkembang. Hal yang patu

Writer’s Block

Beberapa hari ini kebetulan mempunyai kesempatan untuk diskusi dengan beberapa teman mengenai penelitian. Ternyata salah salah satu masalah dalam menulis adalah tidak mulai menulis. Terlalu memikirkan banyak hal hingga akhirnya semakin bingung  saat akan menulis. Sebenarnya mulai saja, kita akan menemukan jalan saat memulai. Jika menemukan masalah, kita bisa menyesaikan satu persatu. Nikmati saja prosesnya. Bagaimana kalau malas menulis? Mempunyai teman yang saling mengingatkan menurut saya penting. Jika sedang tidak mood menulis biasanya saya mengajak teman untuk bertemu untuk diskusi ataupun mengerjakan bersama-sama. Kalau punya anggaran bisa sekali-kali di kedai kopi. Tapi kalau anggaran terbatas, perpustakaan bisa jadi pilihan yang tepat. Tetapkan target bersama kapan akan menyelesaikan tiap bab tulisan. Jika melanggar kesepatakatan mungkin bisa tentukan apa hukuman yang akan didapat. Bulan Juli lalu saya mendapat tips untuk menghadapi kebuntuan menulis  saat mengikuti worksho

Terima kasih Allah

Kadang kita harus merasakan kehilangan Sebelum merasa bahagianya menemukan Terluka, terjatuh ternyata tak selalu menyakitkan Jika melihatnya sebagai sebuah proses Proses mendewasakan dan menempa diri Menjadi pribadi kuat yang lebih dewasa Tak perlu merasa takut Kita tak pernah benar-benar sendiri Selagi ada Allah disisi yang tak mungkin meninggalkan Bahkan Dia kirimkan orang-orang baik untuk menemani Hingga luka itu kini tak terasa lagi Akhirnya kukatakan bahagia dari dalam hati Karena kutahu ada yang menyayangi tanpa henti Dia yang mencipta langit dan bumi Cinta-Nya mampu mengisi sunyi di relung hati Jatuh cinta yang tak mengenal kecewa Terima kasih Allah Depok, 27 Juli 2017

24 tahun

Alhamdulillah. Ya Allah, terima kasih atas kesempatan 24 tahun menjalani hidup. Mohon maaf jika masih banyak khilaf dalam diri ini. Memoriku berusaha mengulang kejadian-kejadian di masa kecil. Bersyukur Allah menakdirkan aku dilahirkan di keluarga yang penuh kasih sayang.  Orang tuaku mengajarkan kesederhanaan sejak kecil. Masa kecilku jauh dari kata mewah. Mereka mengajarkan bahwa bahagia itu sederhana. Karena mereka, aku bisa bilang hidupku bahagia. Aku kurang setuju dengan kata cerdas, beruntung mungkin lebih tepat. Beruntung mempunyai orang tua yang sangat mendukung pendidikanku. Perempuan juga berhak untuk menuntut pendidikan setinggi mungkin. Tujuannya bukan hanya untuk karir namun bagaimana ia dapat bermanfaat bagi orang banyak nantinya.  Pendidikan untuk seorang perempuan juga bukan hanya untuk dirinya tapi untuk lelaki yang didampinginya dan anak-anak yang dilahirkan dari rahimnya. Ayah mengingatkan untuk tetap mengingat kewajibanku. Di umur 24 tahun ini, sej

Semudah itukah menyerah?

Bagaimana kau bisa katakan tak menemukan ketika kau tak mencari? Bagaimana kau bisa katakan tak berhasil ketika kau tak mencoba? Bagaimana kau bisa katakan tak mampu ketika kau tak berlatih? Bagaimana kau bisa katakan tak tahu ketika kau tak belajar? Bagaimana kau bisa katakan tak memahami ketika kau tak peduli? Semudah itukah menyerah? Hidup ini tentang perjuangan Nak Jangan berharap diperjuangkan bila kau tak berjuang Mimpi tanpa perjuangan itu cuma akan jadi omong kosong Jangan tertidur di dalam dongeng Bangunlah Depok, 21 April 2016

Nekat Akhirnya Suka Beneran

Terima kasih untuk Bapak Ibu yang telah percaya pada pilihanku Kata Bapak jika dirangkum mungkin begini “Apapun yang kamu pilih yang penting kamu harus mau bekerja keras. Jalan ini mungkin akan sunyi. Belajarlah dan beri manfaat pada orang lain. Hidup ini seperti menjadi bekal untuk pulang” Oke, setelah tulisan sebelumnya bahas tentang pilihan S2, sekarang gue pengen iseng nulis adaptasi studi lintas keilmuan. Sebenernya nulis ini gara-gara lagi lelah dengan revisi proposal tesis. Ah, andai nulis tesis selancar nulis curhatan ini. Haha. Buat yang kadang tanya gimana kuliahnya (cie, mau banget ditanya ya Ras) , semoga tulisan ini agak menjawab ya. Awal masuk kuliah, untungnya ada matrikulasi dulu sebanyak 6 pertemuan (eh atau 7 ya, maafkan agak lupa). Nah, materi matrikulasi ini semacam pengantar sebelum kuliah yang sebenarnya. Karena ga semua mahasiswa itu studi S1nya linier dengan S2nya. Salah satu contohnya gue. Ada juga anak hukum, akuntansi, pertanian, dan lain-lain. Matrik

Kadang Kita Perlu Nekat

Gambar
Salah satu keputusan besar yang gue ambil dalam hidup ini adalah pindah pilihan studi magister. Waktu S1 gue ambil program studi Jepang. Dulu jaman SMA, penasaran sama kebudayaan Jepang yang keliatannya keren banget. Masyarakat modern yang ga ngelupaan budaya mereka.  Bangsa yang kokoh adalah bangsa yang tidak meninggalkan budayanya. Oke, gue akhirnya milih program studi Jepang dengan bayangan abis lulus kerja di perusahaan Jepang. Menjelang kelulusan, gue mempertanyakan rencana hidup. Dilematis anak menjelang 22 tahun. Lulus terus kerja di perusahaan Jepang itu rencana awal. Udah gitu aja? Gue merasa ada hal lain yang perlu diperjuangkan. Ilmu yang gue punya dirasa masih nanggung. Yap, mimpi gue belum selesai. Dengan segala resiko yang belum sempet gue ukur, gue beranikan diri untuk pindah bidang studi. Ilmu Kesejahteraan Sosial peminatan Otonomi dan Pembangunan Lokal jadi pilihan gue. Kenapa? Bahkan saat itu gue belum punya jawaban pastinya kenapa. Modal nekat dan penasaran. Haha.

Dear Noone

Seorang teman bertanya “Bagaimana tahu kita yakin dengan seseorang?” Seorang teman lain menjawab “Ternyata kita tahu bukan saat kita bersama seseorang namun saat dia tak lagi bersama kita” Memang aneh tapi nyatanya benar Saat jauh ternyata kita baru tahu apakah seseorang itu berharga untuk kita Apakah kita benar-benar membutuhkannya Apakah kita mampu menurunkan ego untuk lebih menilai diri Mencoba melihat dari sudut pandang lain Mungkin kita yang kurang menghargai hal-hal ketika bersama Mungkin kita baru menyadari perjuangannya Pada akhirnya kehilangan memberi banyak pelajaran Bahwa diri ini juga tak lepas dari kekurangan Entah apa yang ada nanti Aku ingin menjadi versi lebih baik Untukku, kamu, kita, keluarga dan agama kita Kebumen, 6 Maret 2017

Indonesia Membangun dari Pinggir Melalui Dana Desa

Gambar
Desentralisasi seringkali dianggap sebagai cara terbaik guna mewujudkan pemerintahan yang demokratis. Hal ini karena di tingkatan praksis, desentralisasi menyertakan prosedur guna mempertanggungjawabkan sumber kekuasaan yang berasal dari rakyat, pilihan strategi untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat, serta rangkaian mekanisme yang diatur secara absah mengenai cara terbaik untuk melayani kebutuhan rakyat (Juliantara dalam Erviantono, 2014). Desentralisasi menghargai keragaman di setiap komunitas lokal dan kondisi ini erat kaitannya dengan pemberdayaan sekaligus perwujudan nilai-nilai demokratisasi. Penyelenggaraan desentralisasi dipandang sebagai sebuah keharusan saat negara harus berhadap-hadapan dengan arus besar globalisasi yang menghendaki penanaganan masalah-masalah kenegaraan dan kebangsaan yang berpijak pada universalisme nilai-nilai demokrasi, seperti konsep penyelengaraan good governance. Globalisasi dipahami sebagai sebuah desakan pengaruh atau daya yang bergerak keata

Sebuah Janji di Bulan Maret

30 Maret 2016 Kataku "Aku belum bisa menjanjikan menjadi yang terbaik. Tapi aku bisa menjanjikan berusaha dan belajar lebih baik" Sudah setahun yang lalu. Aku masih memegang janji itu. Bukankah hidup adalah sebuah proses belajar. Bukanlah manusia tak lepas dari kekurangan Begitu pula aku. Aku sadar sempurna masih jauh dari diriku. Namun terus memperbaiki diri adalah sebuah keharusan. Kata orang jodoh adalah cerminan diri. Aku berusaha, kau pun begitu. Kita mencoba berdamai dengan waktu dan jarak Menunggu bukan jadi sebuah masalah Karena ternyata ini bukan tentang menunggu Tapi ini tentang saling memperjuangkan Sampai akhirnya takdir mempertemukan Di waktu yang tepat Di tempat yang tepat Dan orang yang tepat tentunya

Malala, Kandidat Nobel Perdamaian Termuda

Gambar
Saya mengenal sosoknya lewat media sosial sejak dua tahun lalu. Malala, sosok aktivis perempuan yang menjadi kandidat peraih Nobel Perdamaian termuda ini sangat menginspirasi.  Kondisi perang di negaranya tidak  menyurutkan semangat memperjuangkan pendidikan yang kisahnya ditulis dalam sebuah buku. I Am Malala: The Girl Who Stood Up for Education and Was Shot by the Taliban adalah judul asli buku ini yang ditulis dalam bahasa Inggris. Namun sebenarnya dalam buku ini, Malala lebih ingin dikenal dunia sebagai anak yang berjuang untuk pendidikan dibandingkan sebagai anak perempuan yang ditembak oleh Taliban. Pada Mei 2014, diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Mizan dengan judul I Am Malala: Menantang Maut di Perbatasan Pakistan-Afganistan . Buku yang ditulis sendiri oleh Malala Yousafzai bersama Christina Lamb (seorang jurnalis kawakan yang biasa menulis mengenai Pakistan dan Afganistan) ini membahas tentang perjuangan Malala, seorang anak perempuan muda Pakistan yang memperj

Nikmati Proses

Kadang terfokus pada hasil membuat kita melupakan proses yang begitu menyenangkan. Ibarat kita hendak berwisata ke suatu tempat, jangan lupa menikmati pemandangan di sepanjang kanan kiri perjalanan. Perjalanan mungkin tak selamanya mulus. Jalan naik turun, jurang di samping kanan kiri, jalan berlubang. Nikmati setiap proses yang kita lalui. Hasil adalah hadiah untuk orang-orang yang sabar, maka bertahanlah. Yakini selalu ada kemudahan di balik kesulitan. Berbahagialah :) Depok, 15 Maret 2017

Surat dari calon Ibumu

Nak, Ibu sangat menyangimu Bahkan sebelum kamu hadir di sisi Ibu Nak, Ibu sedang menempuh studi Ibu memilih menempuhnya saat ini agar kelak bisa memiliki waktu lebih banyak bersamamu Agar Ibu bisa mendidikmu lebih maksimal Semoga ibu bisa mendidikmu menjadi anak yang cerdas nantinya Nak, ibu sedang mencoba menjadi entrepreneur Kamu ingin tahu alasannya Nak? Ibu ingin mempunyai waktu yang fleksibel Ibu ingin memprioritaskan keluarga kita Anak kesayangan Ibu dan Ayah Ibu akan mengenalkanmu dengan rekan-rekan Ibu Kau akan belajar banyak dari mereka juga Ibu ingin melakukan banyak hal bersamamu Ibu ingin menjadi madrasah pertama yang terbaik untukmu Nak Nak, Ibu juga berharap saat ini Ayahmu sedang berproses  menjadi orang dengan pemahaman agama yang baik Karena Ibu sadar, Ibu masih harus banyak belajar tentang agama Semoga kelak Ayah bisa membimbing keluarga kita Menuju surga-Nya Bukan hanya bahagia di dunia Nak tapi juga akhirat Dari calon Ib

Celoteh Februari

Februari menawarkan cerita baru Sebuah titik balik menuju baik Tujuan yang baik dengan cara yang baik Cinta adalah anugrah Illahi Namun cara menyikapinya adalah pilihan kita Pilihan yang akan dimintai pertanggungjawabannya nanti Saat kita bertemu Illahi Jika sebuah kehilangan Yang bahkan sebenarnya tak pernah kita miliki Mampu membawamu semakin dekat dengan Illahi Maka ikhlaskanlah, bersabarlah Jika memang takdir Illahi menetapkan dia bagimu Sejauh apapun jarak Waktu yang tepat akan mempertemukan Saat masing-masing paham bagaimana cinta harus bertindak