Kadang Kita Perlu Nekat

Salah satu keputusan besar yang gue ambil dalam hidup ini adalah pindah pilihan studi magister. Waktu S1 gue ambil program studi Jepang. Dulu jaman SMA, penasaran sama kebudayaan Jepang yang keliatannya keren banget. Masyarakat modern yang ga ngelupaan budaya mereka.  Bangsa yang kokoh adalah bangsa yang tidak meninggalkan budayanya. Oke, gue akhirnya milih program studi Jepang dengan bayangan abis lulus kerja di perusahaan Jepang.

Menjelang kelulusan, gue mempertanyakan rencana hidup. Dilematis anak menjelang 22 tahun. Lulus terus kerja di perusahaan Jepang itu rencana awal. Udah gitu aja? Gue merasa ada hal lain yang perlu diperjuangkan. Ilmu yang gue punya dirasa masih nanggung. Yap, mimpi gue belum selesai. Dengan segala resiko yang belum sempet gue ukur, gue beranikan diri untuk pindah bidang studi. Ilmu Kesejahteraan Sosial peminatan Otonomi dan Pembangunan Lokal jadi pilihan gue. Kenapa? Bahkan saat itu gue belum punya jawaban pastinya kenapa. Modal nekat dan penasaran. Haha.

Mungkin tema skripsi bisa jadi salah satu alasannya. Waktu skripsi sok-sokan ambil tema city branding (lagi-lagi nekat). Di situ gue belajar tentang pembangunan lokal di Jepang. Gue ngerasa menarik untuk dipelajari lebih dalam. Mungkin juga ilmu yang gue pelajari nanti bisa diterapkan di Indonesia (mencoba nasionalis).

Btw, eue sebenarnya emang tipe planner. Suka bikin rencana yang cukup mendetail. Kalau punya tujuan biasanya bikin langkah-langkah yang perlu diambil. Eh, tiba-tiba gue nekat ambil pilihan yang belum sempet gue pikiran bakal gimana nanti. Asal yakin itu akan baik buat gue. Semester pertama, bingung ketika orang tanya bakal gimana nanti abis lulus. Ternyata baru masuk semua tak selalu berjalan mulus.  Banyak istilah dan materi yang masih asing buat gue. Di tengah semester, tiba-tiba galau pindah jurusan. Ini bener-bener kayak mempertaruhkan masa depan. Gue belum ada bayangan yang jelas. Apa gue pindah lagi ke ranah budaya ya..

Alhamdulillah, Allah mempertemukan gue dengan temen-temen kuliah yang sangat mendukung gue buat lanjut studi ini. Mereka bantu ketika ada materi yang gue kurang paham. Masa adaptasi gue berjalan cukup lancar. Semester satu gue ambil 5 mata kuliah peminatan yang tugasnya individu. Gue menikmati tugas-tugas kuliah ini. Karena  gue belajar melihat dari lebih banyak perspektif, baik sosial, politik, budaya, hukum, ekonomi.  Studi di ranah yang baru menantang tapi menyenangkan.
Semester dua, sebagian besar tugas kelompok. Gue sekelompok sama orang itu-itu lagi. Ampe kalau ngomongin tugas sering ketuker-tuker tugas yang mana. Antara nugas dan curcol kecampur-campur
-_- . Semester 2 banyak turlap (turun lapangan). Entah kenapa gue sangat menikmati turlap apalagi selalu ada kejadian yang ada-ada aja (baca:rempong).  Semester dua ibarat masa pencarian fokus ke depan mau jadi apa. Banyak ikut acara-acara, diskusi sama temen-temen.  Masa semester dua berakhir, dan gue belum menemukan jawaban dari pertanyaan tentang karir. What?

Liburan semester yang cuma hampir 3 minggu (gara-gara laporan penelitian mata kuliah MPS),  gue mencoba tanya ke diri sendiri apa yang sebenarnya gue cari. Berbakti ke kedua orang tua pasti. Mencoba memberi manfaat ke banyak orang dengan ilmu yang Allah kasih juga jadi tujuan.  Setelah melalui proses diskusi dan pemikiran (cieleh), gue akhirnya pengen jadi researcher atau perencana pembangunan lokal. Gue emang suka hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Alhamdulillah nilai mata kuliah metode penelitian sosial kualitatif dan kuantitatif juga mendukung. Fakultas makara orange ini harus diakui memberi banyak ilmu tentang penelitian yang selama ini masih banyak yang gue belum tahu. Btw, caranya gimana mau jadi peneliti? Nah itu masih jadi pertanyaan. .

Dari proses satu setengah tahun ini, gue banyak belajar tentang Allah sebaik-baiknya perencana. Di saat gue ga kebayang gimana caranya, jalan mana yang harus diambil, Allah berikan kemudahan yang ga disangka-sangka. InsyaAllah, gue siap untuk memulai perjalanan dengan perencanaan yang lebih matang. Dimulai dari tesis tahun ini dulu ya. Semoga Allah meridhoi. Aamiin.

Untuk membuat sebuah garis, kita perlu menggabungkan titik-titik.

Take a challenge, be brave, go struggle and don’t forget to pray :)


Komentar

  1. Saya juga tipikal org nekat. Sampesampe apa yg sy dapat dan jalani sekarang bener2 diluar rencana. But everythings awesome pada akhirnya. Allah cuman mau lihat kita tidak diam kayaknya, bergeraklah kemana kalian mau. Nice share mbaknya. Keep strong and believe in Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak Mbak. Insya Allah, Allah akan menolong orang yang terus berusaha dan berdoa. Sukses untuk kita semua :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuliner di Jalan Alor, Kuala Lumpur

Car Free Day Antara Olahraga dan Wisata Kuliner

Wisata Keluarga ke Pantai Suwuk, Kebumen