Kabur ke Jogja


Pulang ke kotamu.
Ada setangkup haru dalam rindu.
Masih seperti dulu.
Tiap sudut menatapku bersahabat  penuh selaksa makna.

Jogja menjadi tempat yang sangat spesial bagi saya. Tahun lalu Jogja menjadi tempat yang sering saya kunjungi, sekitar 6 kali dalam setahun. Jarak Kebumen-Jogja naik motor bebek pun saya tempat beberapa kali. Padahal sejak kelas 3 SMP saya terbiasa naik motor matic. Nekat? Iya. Haha.
Tiba-tiba saja, saya rindu Jogja. Kali ini ingin mengunjungi Jogja bukan untuk urusan penelitian ataupun pekerjaan. Tapi hanya untuk berlibur san bertemu teman-teman. Karena cuaca sedang sering hujan. Orang tua tidak memperbolehkan naik motor ke Jogja. Saya pun berangkat naik kereta. Pukul 10 pagi, saya sudah sampai Stasiun Yogyakarta. Sampai menunggu waktu check in hotel, saya berjalan-jalan di daerah Malioboro sambil mencari hadiah untuk Bapak. Selesai membeli hadiah, saya makan siang sampai mencari hotel di aplikasi Traveloka. Mencari hotel di weekday tidak begitu sulit apalagi jika pesan pada hari H, terdapat potongan spesial deals sekitar 5-10%.
Saya sengaja pergi saat weekday karena hotel di Jogja saat weekend harganya bisa naik dua kali lipat. Saya memesan hotel satu malam karena malam berikutnya menginap di rumah teman. Saya memilih hotel Citradream Yogyakarta yang dekat dengan tugu Jogja. Alhamdulillah, saya mendapat kamar di lantai 6 sehingga dapat melihat pemandangan kota Jogja dari atas. Sekitar pukul dua hujan turun membuat suasana Jogja sendu.


            Menjelang maghrib, Hilda datang ke hotel. Kami berencana jalan-jalan di Jogja malam itu. Karena cuaca yang kurang mendukung. Kami mencari tempat yang dekat hotel untuk nongkrong. Ternyata sekitar 200meter dari hotel ada Gofood Festival. Ada berbagai makanan khas Jogja dan makanan yang hits saat ini. Suasana cocok untuk nongkrong terutama anak muda. Instagramable tentunya. Karena sudah makan sebelumnya, kami hanya membeli minum disana. Cuaca saat itu hujan gerimis, kami pun mencari tempat makan selanjutnya (?) yang terdekat. Kebetulan hotel dekat juga dengan Tugu Jogja yang banyak terdapat angkringan. Hujan gerimis, angkringan, malam di Jogja perpaduan yang sangat menenangkan. Apalagi ditemani sahabat tempat cerita apa saja.


            Saya sengaja memesan hotel tanpa sarapan karena ingin mencari sarapan di sekitar hotel. Pilihan saya jatuh  pada salah satu makanan khas Jogja favorit, Gudeg. Saya pun mencari penjual Gudeg melalui google maps. Kebetulan penjual gudeg terdekat hanya berjarak sekitar 100meter dari hotel. Lokasi berjualan di pinggir jalan dengan bakul-bakul dan penjualnya sudah berumur tua. Rasanya? Enak banget!
            Setelah sarapan, saya mengerjakan urusan kerjaan sebelum nanti siang berencana jalan-jalan. Setelah shalat Dzuhur, saya check out dan menuju rumah Citra. Kebetulan ada Dilla juga yang sedang berlibur di Jogja. Kami pun makan siang di House of Raminten. Siang hari ternyata tidak terlalu antri. Saya pernah kesana malam hari untuk mendapat meja harus menunggu sekitar hampir 30menit. Menu di Raminten ini bermacam-macam mulai makanan khas Jogja hingga menu international. Soal rasa makanan disini enak-enak. Tapi bagi yang tidak tahan dengan bau kemenyan, mungkin tidak betah berlama-lama disini.

            Selanjutnya kami menuju Taman Sari. Kami sempat berencana ke Keraton. Namun, kami baru tiba disana pukul dua dan ternyata baru saja ditutup. Bagi yang berencana ke Keraton bisa sebelum jam dua ya. Kami akhirnya kembali ke rencana semula ke Taman Sari. Harga tiket ke Taman Sari relatif murah hanya 5ribu per orang. Jika membawa kamera harus membayar tambahan 3ribu rupiah. Tips jika mengunjungi Taman Sari pakailah tour guide local. Jadi selain meilhat-lihat dan berfoto, bisa juga belajar mengenai sejarah dan cerita tempat tersebut. Apalagi ada beberapa bangunan bersejarah di kompleks Taman Sari yang terletak di area pemukiman. Dengan memakai jasa tour guide dapat mengunjungi ke semua bangunan tanpa nyasar. Sayangnya, kami tidak memakai tour guide sehingga ada satu bangunan yang tidak dapat kami temukan.


            Tempo Gelato salah satu tempat kuliner Jogja yang sangat untuk dilewatkan. Berbagai macam pilihan rasa. Ada beberapa pilihan dan harga mulai dari cone, small cup, medium cup hingga large cup. Saya memilih small cup dengan harga 25ribu. Small cup bisa memilih dua varian rasa. Varian rasa di tempo gelato sangat banyak. Ada puluhan rasa yang bisa dipilih. Saya memilih Matcha mint dan Raspberry. Suasana di Tempo Gelato menyenangkan, designnya sangat cocok untuk tempat nongkong yang photoable. Tempo Gelato di Jalan Taman Siswa ini kebetulan baru dibuka beberapa bulan. Ada juga di Jalan Kaliurang dan Prawitotaman.


            Sepulang dari Tempo Gelato, saya menginap di rumah Citra. Keesokan harinya saya mampir ke daerah Bantul untuk bersilaturahmi ke rumah teman. Sore hari saya menuju Stasiun Lempuyangan untuk memberi tiket go show kereta Gajahwong ke Kebumen seharga 60ribuan (harga asli jika membeli online 180ribuan). Setelah membeli tiket saya mengambil barang ke rumah Citra dan kembali ke stasiun. Pertama kalinya pulang dari Jogja tidak sendiri, tapi ditemani Hilda dan snack-snacknya. Hehehe
            Sampai jumpa lagi Jogja!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuliner di Jalan Alor, Kuala Lumpur

Car Free Day Antara Olahraga dan Wisata Kuliner

Wisata Keluarga ke Pantai Suwuk, Kebumen