Hari Pertama di Jepang


Beberapa tahun lalu saya belajar tentang negara Jepang saat kuliah S1. Tahun ini berkesempatan untuk mengunjungi negara matahari terbit itu. Sayangnya bukan untuk tujuan liburan namun kerjaan. Banyak hal baru yang saya pelajari selama perjalanan ini.  Alhamdulillah walaupun banyak drama, Allah masih memberi pertolongan kepada saya.
Berangkat menggunakan maskapai Thai Airways dengan transit di Bangkok sekitar satu jam.  Pesawat rute Jakarta-Bangkok yang kami naiki delay hampir 30menit. Kami berusaha tetap tenang mencari boarding gate pesawat selanjutnya menuju Tokyo. Ternyata transit dengan waktu mepet di Bangkok tidak selancar yang kami bayangkan. Scan tubuh dan barang bawaan ternyata bukan di depan boarding gate. Namun digabung entah berapa belas atau puluh gate digabung. Antrian gate ini menyita waktu sekitar 30 menit. Tanpa sempat memakai sepatu, team saya langsung lari menuju boarding gate. Kami menjadi 3 penumpang terakhir yang hampir saya tertinggal pesawat. Sangat tidak direkomendasikan transit di Bangkok dengan waktu satu jam.
 Imigrasi adalah wajah pertama negara ketika tamu dari negara lain datang. Kesan pertama imigrasi Jepang menurut saya ramah dan tertata. Untuk pertama kalinya saya merasakan masuk kantor custom. Rasanya seperti adegan yang biasa di TV. Semua barang bawaan diperiksa, koper pun dibuka satu persatu. Dengan campuran bahasa Inggris dan Jepang saya menjelaskan keperluan terutama barang-barang yang terkait dengan pekerjaan yang saya bawa. Setelah bertahun-tahun saya tidak berbicara bahasa Jepang, terharu juga ternyata masih lumayan ingat. Akhirnya sekitar pukul 9 pagi bisa keluar bandara setelah dinyatakan lolos semua barang.
Alhamdulillah, salah satu teman berbaik hati menjemput di Narita. Sangat membantu tentunya mengingat barang bawaan kita banyak dan naik transportasi umum. Kereta atau bus menjadi pilihan transportasi selama di Jepang karena taksi begitu mahal. Walaupun begitu dekat, naik taksi di Jepang sekitar 2000 yen (1 yen sekitar 135 rupiah). Jalur kereta di Jepang begitu banyak sehingga benar-benar memastikan tidak salah naik kereta.  Penyedia transportasi di Jepang juga ada beberapa perusahaan. Ada kartu pasmo yang bisa digunakan untuk berbagai kereta dan bus sehingga tidak repot-repot selalu membeli tiket. Kartu ini sebagai e-money yang bisa diisi ulang melalui vending machine di stasiun. 
Akhirnya kami berhasil menemukan lokasi hostel dengan bantuan google maps. Google maps sangat membantu perjalanan selama di Jepang. Baik ketika berjalan kaki ataupun mencari transportasi yang paling cepat dan murah ke tempat tujuan. Kenapa kami memilih hostel? Di Jepang hotel begitu mahal, kalau melihat harga di website per malam hotel paling tidak 1,5jutaan. Untuk mahasiswa dan anak muda bisa menyesuaikan budget travelling dengan memilih hostel (dormitory bed) atau capsule hotel. Harga permalamnya masih lumayan terjangkau sekitar mulai dari 400ribu per malam.
Kami sampai hostel sekitar pukul 12 siang. Check in bisa mulai pukul 3 sore. Kami pun menitipkan koper dan mencari makan siang. Aplikasi untuk mencari restoran halal di sekitar kami sangat membantu. Di Jepang berjalan kaki sangat menyenangkan buat saya. Suasana kota yang sangat ramah untuk pejalan kaki. Oya, di Jepang ketika akan membayar sangat normal untuk membayar tagihan masing-masing di kasir. Tidak seperti biasa dilakukan di Indonesia yang menghitung bersama teman-teman kemudian membayar di kasir dijadikan satu. Setelah makan siang, kami terjalan-jalan di sekitar Asakusa.




Jangan takut mencari oleh-oleh di Jepang dengan harga terjangkau. Ada toko misalnya Daisho dan Lawson 100 yen yang menjual barang-barang dan makanan dengan harga seratus yen. Bisa jadi pilihan untuk kamu yang ingin membeli oleh-oleh dengan jumlah banyak tapi masih ramah di kantong. Dengan bantuan google maps, kami mencari Daisho terdekat. Namun, setelah berputar-putar cukup lama, Daisho tidak juga kami temukan. Sampai akhirnya Ibu yang baik hati menghampiri kami dan menanyakan apa yang kami cari. Ternyata Daisho yang kami cari ada di dalam mall.
Jam 3 sore kami kembali ke hostel untuk check in. Pembayaran hostel melalui sebuah mesin, uang dimasukkan ke mesin tersebut kemudian kunci kamar keluar.  Oya, ketika memasuki hostel, kita harus melepas sepatu dan meletakkannya di rak kemudian berganti dengan sandal slop yang sudah disediakan hostel. Di dalam kamar ada sekitar 20an bed. Bed cukup nyaman untuk beristirahat dari aktivitas yang sangat padat beberapa hari ke depan.
Kami mencari makan malam di daerah Asakusa, sekaligus ada meeting singkat di daerah sana. Belum sempat istirahat selama sampai di Jepang. Selesai makan, kami mensurvei tempat untuk dinner sekaligus welcoming kegiatan besok. Malam itu berjalan kaki sekitar 6km. What a day!
Mohon maaf saya menuliskan hari pertama, hari-hari selanjutnya sibuk kerjaan sampai mau pingsan rasanya. Hahaha
 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuliner di Jalan Alor, Kuala Lumpur

Car Free Day Antara Olahraga dan Wisata Kuliner

Wisata Keluarga ke Pantai Suwuk, Kebumen