Masyarakat Juga Dapat Berperan Dalam City Branding
American Marketing Association menyatakan brand
adalah kumpulan citra (image) dan ide
yang merepresentasikan pengalaman konsumen mengenai produk. Branding saat ini tidak hanya untuk
produk dan perusahaan namun telah diaplikasikan juga ke tempat atau yang
dikenal dengan place branding atau branding tempat. Erik Braun (2011) mengatakan bahwa city branding bagian dari place branding (branding tempat). Dalam
prakteknya, place branding dapat
diaplikasikan pada lingkungan sekitar, distrik, destinasi wisata,
kota, area pedesaan, regional, negara bagian, negara. Place branding saat ini merujuk pada praktik mengaplikasikan strategi
pemasaran dalam tuntutan membedakan kota dengan kota lain, regional dengan
regional lain, negara dengan negara lain dalam kompetisi ekonomi, sosial,
politik, dan aspek budaya (Kaplan, et. al,
2008).
Upaya pemasaran pariwisata
melalui branding secara maksimal
tidak hanya oleh pemerintah pusat namun hingga tingkat regional bahkan kota. Dalam proses globalisasi
yang semakin berkembang, kota harus menghadapi persaingan untuk menarik
orang-orang dan bisnis. Persaingan global tidak hanya melibatkan negara, kota
juga dituntut mempunyai daya tarik. Dalam
menghadapi tantangan globalisasi, kota melaksanakan strategi city branding untuk menciptakan citra
yang kuat untuk membedakan dengan kota-kota lain dan memasarkan kota. Alasan utama kota menggunakan pemasaran dan branding tetap sama yaitu kompetisi di
antara kota-kota untuk menarik wisatawan, pebisnis, penduduk, dan target grup
lainnya. Braun (2011)
mengidentifikasi empat kategori konsumen kota yaitu penduduk, perusahaan,
wisatawan, dan investor.
Saxone
Woon dalam Harahap (2008) menyatakan bahwa brand tidak sekedar nama,
logo atau citra grafis. Brand mengkomunikasikan secara jelas suatu
produk, jasa, atau sesuatu hal yang lain. Ketika brand dikaitkan dengan
sebuah kota, maka brand tersebut harus bisa mengkomunikasikan dengan
jelas seperti apa kota tersebut, apa saja yang dimilikinya, dan mengapa kota tersebut
patut mendapat perhatian, sehingga siapapun yang bertandang ke kota tersebut
atau penduduk kota itu dapat memaparkan secara singkat citra kota tersebut.
Dalam city branding bukan hanya pemerintah yang mempunyai peran untuk
menyampaikan citra kota. Berbagai pihak dapat berperan dalam menciptakan citra
sebuah kota, baik pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat. Aktivitas city branding tidak dapat terlaksana maksimal tanpa partisipasi masyarakat.
Terdapat berbagai cara untuk berpartipasi dalam city branding baik individu maupun sekelompok orang,
antara lain:
1)
Foto dan Tweet
Jika
melihat sesuatu yang indah
misalnya pemandangan atau kuliner, tulis teks
atau foto kemudian posting di
media sosial. Satu-satunya syarat
konten tersebut yaitu hal positif
tentang kota. Teks atau foto tersebut akan menimbulkan kesan positif terhadap
kota bagi orang yang melihatnya. Posting teks atau foto
adalah cara termudah dan tercepat untuk berpartisipasi dalam city
branding.
2)
Memakai produk lokal
Di sebuah kota biasanya terdapat berbagai produk lokal atau produk yang
identik dengan suatu kota, misalnya Brebes dengan telur asinnya. Dengan memakai atau
membeli produk lokal maka dapat membantu menyebarkan potensi suatu kota.
Jika produk lokal dipakai masyarakat asalnya
akan menimbulkan kesan produk tersebut khas suatu daerah. Diharapkan
dengan semakin banyaknya produk lokal yang dikenal akan menambah citra positif
suatu kota.
3)
Turut dalam berbagai kegiatan
Masyarakat, pihak swasta dan pemerintah dapat bekerjasama mengadakan
kegiatan yang menarik misalnya festival budaya, pameran kerajinan, lomba
fotografi, dan lain-lain. Kita juga bisa mengajak orang lain untuk mengadakan
liburan bersama agar semakin banyak orang yang mengenal keindahan kota.
Masyarakat bisa berpartisipasi dalam berbagai event yang dapat menjadi daya
tarik bagi kotanya.
Referensi
Eric
Braun. (2012). Putting City Branding into
Practice. Journal of Brand
Management Vol. 19, 257-267
Harahap,
Muhith Afif Syam. (2008). Eksistensi City Branding Menurut UU No. 15 Tahun
2001 Tentang Merek (Studi Kasus “Semarang Pesona Asia” Di Kota Semarang. Tesis
Universitas Diponegoro
Kaplan, et. al. (2010). Branding Place: Applying Brand Personality
Concept to Cities. European Journal of Marketing Vol. 44 No. 9/10 1286-1304
Ditulis oleh:
Laras Wijayanti
Graduated Student
of Japanese Studies Program, University Indonesia
CoFounder Heart of
Spora
Komentar
Posting Komentar